Beberapa waktu yang lalu senior saya
izin terlambat masuk kantor. Alasannya ingin mengantar buah hatinya pada hari
pertama sekolah. Selain mengantar, pihak sekolah juga meminta agar orangtua berkenalan
secara langsung dengan guru.
Para orangtua kemudian diberikan
sesi khusus mengenai program pendidikan anak selama satu semester ke depan.
Bahkan katanya, para orangtua diminta pula untuk menuliskan saran dan masukan sebagai
bahan pertimbangan guru dalam mendidik anaknya.
Wah,
sekolahnya hebat
banget, pikir saya.
Seingat saya dulu ketika sekolah
tidak seperti itu. Mulai dari bangku SD hingga SMA, orangtua saya tidak pernah diwajibkan
untuk mengantar saya ke sekolah. Kehadiran orangtua hanya diperlukan saban akhir
semester untuk menerima rapor.
Tadinya saya berpikir mungkin
anaknya disekolahkan di sekolah unggulan. Yang memiliki kurikulum canggih, sampai-sampai
harus melibatkan orangtua dalam pendidikan siswa di sekolah.
Namun ketika membuka media sosial
dan membaca pesan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Muhadjir Effendy, saya menjadi paham. Ternyata pelibatan
keluarga dalam setiap penyelenggaraan pendidikan kini harus menjadi nomor satu.
“Tolong diceritakan, apa saja yang
perlu diperhatikan terhadap anaknya oleh para guru. Mungkin, ada hal-hal khusus
yang berkaitan dengan anaknya, sehingga gurunya mengerti masing-masing kepribadian
anak yang akan diasuhnya”, begitu bunyi pesan Muhadjir Effendy kepada para orangtua.
Perkembangan teknologi dan
komunikasi melaju dengan sangat cepat. Arus informasi mengalir deras dan mudah
diakses siapa saja, termasuk pelajar. Bagai dua sisi mata uang, banyak manfaat
yang bisa diambil dari informasi berkonten positif. Namun tidak sedikit pula risiko
yang ditimbulkan karena mengakses konten negatif.
Mengutip data
Kementerian Komunikasi dan Informasi,
sebanyak 65,34% pemilik gawai ternyata adalah remaja dan anak usia dini.
Artinya, risiko penyalahgunaan teknologi dan informasi yang paling besar ada
pada pelajar. Misalnya anak menjadi malas belajar, sulit konsentrasi, terlibat bullying, kecanduan gim, dan lain-lain.
Hal ini yang menjadi tantangan terbesar bagi dunia pendidikan di era kekinian.
Meski belum memiliki anak, saya
sadar bahwa mendidik anak sejatinya bukanlah tugas guru semata. Interaksi guru
dengan anak boleh jadi sangat terbatas karena hanya dilakukan di lingkungan
sekolah. Justru, peran keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat,
terutama orangtua, memegang peranan yang paling sentral dalam pendidikan anak.
Orangtua merupakan sahabat pertama
bagi anak. Mereka pula yang bertugas memenuhi kebutuhan gizi, membangun
emosional, menanamkan nilai agama dan moral kehidupan, serta menghadirkan kasih
sayang dan rasa aman kepada anak. Selain itu, orangtua jugalah yang pertama
mengajarkan anak cara menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan.
Pentingnya peran orangtua tidak bisa
dilepaskan dalam menghadapi berbagai tantangan di dunia pendidikan zaman sekarang.
Para orangtua tidak bisa hanya mengandalkan lingkungan sekolah untuk menjadikan
anak cerdas, berbudi pekerti luhur, dan berakhlak mulia. Untuk itu, kesadaran orangtua
mengenai perannya dalam pendidikan anak perlu lebih ditingkatkan.
Pelibatan keluarga dalam penyelenggaraan
pendidikan kini telah dilaksanakan di berbagai satuan pendidikan, salah satunya
di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Susukan. Dari laman ini, saya mengetahui bahwa SKB Susukan
bukan saja mendidik anak, namun juga ikut mendidik para orangtua.
Mendidik orangtua? Iya, mendidik orangtua!
Pendidikan orangtua diwujudkan melalui
program kelas orangtua. Para orangtua dibekali berbagai ilmu, salah satunya mengenai
metode
pengasuhan positif.
Misalnya dengan menghindari kata-kata negatif seperti ‘jangan’, ‘tidak’,
‘awas’, ‘diam’, dan sebagainya dalam berkomunikasi dengan anak.
Hal ini penting karena dalam usia
dini, anak belajar melalui panca indera. Apa yang didengar dan dilihat akan terekam
dalam memori anak. Apabila yang sering didengar adalah kata-kata negatif, maka
anak cenderung memiliki perilaku yang negatif pula.
Contohnya, ketika anak
mencoret-coret dinding, orangtua diajarkan untuk menggunakan kalimat “ini
kertas untuk mencoret-coret”, ketimbang “jangan mencoret dinding”. Ini
bertujuan untuk membentuk kebiasaan dan tingkah laku anak yang positif. Sederhana,
namun sarat makna.
Nah, selain mengajarkan metode
pengasuhan positif, SKB Susukan juga mengajarkan orangtua mengenai pendidikan
anak di era digital. Ini juga sangat penting untuk mencegah anak dari penyalahgunaan
teknologi dan informasi, terutama yang disebabkan karena penggunaan gawai dan
media sosial.
Bukan melarang anak menggunakan
gawai, namun orangtua diwajibkan membimbing anak sehingga risiko negatif akibat
konsumsi internet dapat dicegah. Orangtua diajarkan untuk menanamkan budaya
positif berinternet kepada anak, dengan tiga langkah mudah.
Pertama, dengan cara membatasi.
Tidak semua konten di internet dapat dikonsumsi oleh anak. Tugas orangtua
adalah memilih dan memilah konten mana yang dapat diakses oleh anak. Selain
itu, waktu penggunaan internet juga harus dibatasi, sehingga anak masih memiliki
ruang yang cukup untuk belajar, berolahraga, dan mendapatkan kasih sayang orangtua
secara langsung.
Kedua, dengan cara membuat aturan.
Ini dimaksudkan agar menumbuhkan kedisiplinan dan tanggung jawab dalam diri
anak. Nah, para orangtua bisa
mencontoh apa yang dilakukan oleh Mona Ratuliu dalam membuat aturan penggunaan
gawai kepada putrinya, Davina, dengan membaca artikel
ini.
Mona memberikan aturan kepada Davina
agar menggunakan gawai pada saat-saat tertentu saja, yaitu ketika seluruh
kewajiban dan tugas sekolah telah diselesaikan. Selain itu, Mona juga membatasi
penggunaan gawai hingga jam 8 malam agar Davina masih memiliki waktu yang cukup
untuk berkomunikasi dengan orangtuanya dan beristirahat.
Terakhir dan yang paling penting, yaitu
mendampingi anak dalam menggunakan internet. Pastikan para orangtua mengetahui
situs, informasi, aplikasi, atau media apa saja yang diakses oleh anak. Hal ini
diperlukan agar anak hanya mengakses konten yang aman dan positif. Jelaskan pula
apa saja manfaat yang bisa diperoleh anak dengan mengakses konten tersebut.
Nah, para orangtua bisa belajar
bagaimana cara mendampingi anak di era digital dengan menonton video berikut.
Selain membuka kelas bagi para orangtua,
SKB Susukan juga membuka kelas inspirasi yang wajib diikuti anak dan orangtua.
Kelas inspirasi menghadirkan profesional, seperti dokter dan polisi, sehingga
anak dapat belajar secara langsung dari para ahli yang berada di lingkungan
masyarakat.
Melalui kelas tersebut, diharapkan
anak dapat mengambil pelajaran dari berbagai profesi, serta menumbuhkan
cita-cita, minat, dan bakat di dalam dirinya. Sehingga para orangtua dapat mengetahui
dan memfasilitasi anak untuk mengembangkannya.
Pelibatan keluarga dalam
penyelenggaraan pendidikan tidak hanya dilakukan dengan cara tatap muka saja, tetapi
juga bisa secara digital. Ini telah dilaksanakan di berbagai satuan pendidikan,
contohnya di SMP Negeri 3 Depok yang dapat dibaca melalui artikel
ini.
Selain menggelar kelas orangtua
setiap tiga bulan sekali, SMP Negeri 3 Depok juga menjalin komunikasi dengan
para orangtua dengan memanfaatkan sarana komunikasi digital, yaitu aplikasi
Whatsapp (WA). Dengan grup WA, setiap wali kelas akan menginformasikan berbagai
hal terkait proses belajar-mengajar, seperti kemajuan akademik dan perilaku siswa,
ijin sakit, pelaksanaan ujian, serta ajakan untuk subisidi silang bagi siswa
yang tidak mampu.
Para orangtua juga bisa memantau
perkembangan anaknya di sekolah dengan mengirim pesan kepada wali kelas melalui
WA. Selain itu, sarana komunikasi digital ini juga bisa dimanfaatkan oleh para orangtua
jika terdapat sesuatu hal pada anaknya yang perlu mendapat perhatian dari guru
di sekolah.
Selain yang telah diuraikan di atas,
pelibatan orangtua dalam penyelenggaraan pendidikan juga dapat dilakukan
melalui berbagai kegiatan. Dikutip dari materi
Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, contoh keterlibatan orangtua di sekolah antara lain menghadiri pertemuan rutin dengan wali kelas, menghubungi wali kelas ketika anak
tidak masuk sekolah, menjadi narasumber di kelas inpirasi, terlibat dalam
paguyuban orangtua, menghadiri pentas akhir tahun ajaran, dan menerima rapor.
Untuk lebih memahami pentingnya
pelibatan orangtua di satuan pendidikan, yuk tonton video berikut ini.
Pelibatan keluarga dalam penyelenggaraan
pendidikan telah terbukti memberikan dampak yang luar biasa terhadap
perkembangan dan prestasi anak. Contohnya dapat dilihat dari cerita
sukses pasangan
asal Sumatera Utara, Henry Ridho dan Laila Sari, dalam mendidik anaknya yang
bernama Azzam Habibullah.
Berkat didikan kedua orangtuanya di
Sekolah Alam Medan Raya (SAMERA), Azzam mampu mengharumkan nama bangsa di
kancah internasional. Saat usianya belum genap 17 tahun, Azzam telah menjadi
delegasi Indonesia pada konferensi yang diadakan oleh organisasi nirlaba
internasional, Caretakers of the Environment International (CEI), di Oregon
Amerika Serikat, tahun 2017 lalu. Bersama dengan lebih dari 200 pemuda dari 40
negara, Azzam bertukar pikiran tentang isu-isu lingkungan dan pembangunan
berkelanjutan.
Wah, luar biasa!
Seperti yang sudah sering kita
dengar, anak merupakan generasi penerus bangsa. Masa depan Indonesia berada di
pundak mereka. Untuk mendidik anak dengan baik, dibutuhkan sinergi yang kuat
antara lingkungan sekolah dan keluarga. Pelibatan keluarga dalam
penyelenggaraan pendidikan menjadi faktor utama yang tidak boleh alpa guna
menjamin cerahnya masa depan bangsa.
Oleh karenanya, di era kekinian, menyekolahkan
itu lebih dari sekedar mengantar anak ke sekolah. Semoga artikel ini dapat menginspirasi
para orangtua dan calon orangtua (seperti saya) di luar sana.
#sahabatkeluarga
***
Artikel ini diikutsertakan dalam lomba
blog Pendidikan Keluarga yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan
Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat dengan tema Pelibatan Keluarga dalam
Penyelenggaraan Pendidikan di Era Kekinian.
Daftar referensi :
No.
|
Judul
|
Sumber
|
Tautan
|
1.
|
Selamat Datang Tahun Ajaran Baru
|
Instagram Kemendikbud
|
|
2.
|
Digital Parenting
|
Instagram Kemendikbud
|
|
3.
|
Pelaksanaan Program Pendidikan
Keluarga dan Peningkatan Ekosistem pada Satuan Pendidikan UPTD SKB Susukan
Tahun 2016
|
Laman Sahabat Keluarga
|
|
4.
|
Pertemuan Wali/Guru Kelas dengan
Orangtua
|
Laman Sahabat Keluarga
|
|
5.
|
Pengasuhan Positif
|
Laman Sahabat Keluarga
|
|
6.
|
Mona dan Indra : Batasi Penggunaan
Gadget
|
Laman Sahabat Keluarga
|
|
7.
|
SMPN 3 Depok Buktikan Orangtua
Antusias
|
Laman Sahabat Keluarga
|
|
8.
|
Azzam Dididik Orangtuanya dengan
Mengoptimalkan Potensinya (Bag 2)
|
Laman Sahabat Keluarga
|
|
9.
|
Video Seri Pendidikan Orang Tua:
Keterlibatan Orang Tua di Satuan Pendidikan
|
Youtube Sahabat Keluarga
|
|
10.
|
Seri Pendidikan Orangtua :
Mendampingi Generasi Digital
|
Youtube Sahabat Keluarga
|
0 komentar: