Pesawat mungil berbaling-baling
ganda yang kami tumpangi akhirnya menginjakkan ketiga rodanya di muka bumi.
Membawaku dan enam puluh dua penumpang lainnya melintasi laut Sulawesi. Sesaat
kemudian, terdengar suara merdu sang pramugari yang mengakhiri tugasnya pada
penerbangan kali ini.
“Penumpang yang terhormat,
selamat datang di Melonguane. Waktu setempat telah menunjukkan pukul sebelas
lewat empat menit. Tidak ada perbedaan waktu antara Melonguane dan bandara Sam
Ratulangi di Manado. Silakan tetap duduk sampai pesawat benar-benar berhenti
dengan sempurna, dan tanda kenakan sabuk pengaman dipadamkan,” ujarnya lewat
pengeras suara.
Akhirnya sampai juga, pikirku
gembira.
Rasanya aku ingin cepat-cepat
melompat keluar jendela saja. Membaui aroma tanah dan udara yang belum pernah
kurasa. Menikmati birunya langit dan lautan khas Nusantara. Yang sudah pasti
tidak akan pernah aku temui saat kembali ke Jakarta.
Jujur saja, aku benar-benar tak
pernah menduga sebelumnya. Ketika melamar pekerjaan ini empat tahun yang lalu,
aku mengira tugasku hanya duduk di belakang meja.
Menganalisis kumpulan data yang
dibumbui dengan deretan angka. Menghasilkan berbagai kajian, laporan, dan bahan
tayang yang selalu dituntut untuk sempurna tanpa cela. Melawan dinginnya
ruangan kantor pada malam hari, kala dikejar oleh deadline yang datang
bertubi-tubi. Yah, sebagaimana
tugas seorang analis ekonomi pada umumnya.
Ternyata aku salah besar, gumamku saat
keluar dari pintu kabin bagian belakang.
Setengah berlari, kulangkahkan
kakiku menuruni anak tangga. Ketika akhirnya kakiku memijak tanah Nusa Utara,
aku langsung mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Alhamdulillah, sampai jua di
ujung utaramu, wahai Indonesia.
Bekerja Sambil Berwisata
Bukan. Ini bukan cerita tentang
liburan. Sayangnya, ini masih bagian dari rutinitas pekerjaan. Namun tolong,
jangan buru-buru pindah laman. Karena masih banyak yang ingin kuceritakan
kepada kalian.
Beberapa tahun yang lalu, aku
ditugaskan untuk pergi ke Melonguane. Sudah pernah dengar? Aku pun tak tahu
hingga mengunjunginya langsung. Bagi kalian yang malas mengetuk pintu si embah Google, biar
aku jelaskan.
Melonguane adalah nama salah satu
Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara. Jika Indonesia
memiliki Sabang di ujung barat, Merauke di ujung timur, pulau Rote di ujung
selatan, maka Talaud tepat berada di ujung bagian utara. Berbatasan langsung
dengan negara tetangga kita, Filipina.
Saking jauhnya di ujung utara,
gugusan kepulauan seluas 1.240 km2 ini bahkan memiliki jarak yang lebih dekat dengan Filipina
ketimbang kota Manado di pulau Sulawesi. Talaud bukanlah daerah yang maju.
Hingga saat ini, masih ada puluhan desa yang dicatat sebagai desa tertinggal
oleh Pemerintah.
Jumlah penduduknya saja tidak
genap 100 ribu. Kira-kira, hanya setara dengan 10 persen jumlah penduduk
Jakarta Pusat, yang mencapai 900 ribuan kepala. Sepi? Sudah pasti. Aku berdoa
agar kalian tidak sakit ketika berwisata ke sini. Pasalnya, hanya ada 2 RSUD
kelas C di sini.
Sudah terbayang? Oke, mari kita
lanjutkan.
Ceritanya aku datang ke Talaud
dengan membawa misi yang mulia. Mengenalkan uang Rupiah emisi terbaru, yang
diluncurkan pada 19 Desember 2016 yang lalu. Sekaligus membuka layanan bagi
masyarakat, yang ingin menukar uang lamanya dengan uang baru.
Informasi mengenai uang baru,
pasti akan mudah didapatkan oleh kita yang tinggal di kota besar. Namun, tidak
demikian halnya dengan saudara kita di ujung Nusantara. Keterbatasan
infrastruktur dan jaringan komunikasi menyebabkan arus informasi berjalan
lambat. Oleh karenanya, perlu dilakukan langkah jemput bola.
Konkretnya, aku—bersama-sama
dengan tim—menyelenggarakan sosialisasi tentang uang kepada adik-adik pelajar
SMA se-Melonguane. Mengapa pelajar? Karena pelajar adalah cerminan masa depan
bangsa. Merekalah yang perlu diajari ciri-ciri uang baru, membedakan antara
uang asli dan palsu, sejarah uang, dan tentunya arti penting menabung sejak
dini.
Jikalau adik-adik kita di pelosok
sana pintar-pintar dan pandai mengelola uang, maka kami berharap mereka dapat
membangun dan mengembangkan daerahnya. Pada gilirannya, perekonomian Talaud
akan semakin maju, serta cap sebagai daerah tertinggal dapat segera
ditanggalkan.
Singkat cerita, alhamdulillah, acara
sosialisasi berjalan dengan sukses dan meriah. Senang hatiku kala adik-adik
pelajar terlihat sangat antusias dan tertarik dengan uang baru. Rasa lelah
karena tugas menjadi terbayar hingga lunas.
Nah, kalau tugas
sudah selesai dan jadwal penerbangan pulang masih esok hari, kira-kira apa yang
akan kalian lakukan? Yap, jalan-jalan, dong! Meski ini
bukanlah liburan, tapi berwisata di sela-sela pekerjaan sah-sah saja, bukan?
Oh ya, aku belum cerita.
Sebenarnya Talaud juga menyimpan berjuta keindahan dan keunikan. Seperti halnya
gugusan kepulauan lainnya, Talaud juga memiliki bibir pantai yang aduhai.
Selain itu, Talaud juga memiliki beberapa situs sejarah yang menarik untuk
dijelajahi.
Oleh karena itu, ada dua lokasi
wisata yang aku rekomendasikan untuk kalian para traveler. Siapa tahu,
takdir akan membawa kalian berkunjung ke Talaud suatu saat nanti.
Pertama, jangan lupa mengunjungi pulau Sara Besar. Meskipun luasnya
hanya sekitar 2 km2, pulau tak berpenghuni ini memiliki daya tarik
tersendiri. Yaitu, pasirnya yang berwarna putih bersih, seputih tepung kanji.
Cocok bagi kalian yang ingin menyegarkan pikiran saat lelah menghadapi
rutinitas pekerjaan.
Kedua, kunjungi
juga Goa Tatombatu di Desa Tarohan. Tapi jangan kaget ya, karena ini bukanlah
sembarang goa. Di sana, kalian bisa mencoba selfie dengan tengkorak.
Tengkorak? Iya,
tengkorak.
Bukan hanya
satu, namun konon ada 33 tengkorak di sini, lengkap dengan tulang belulang yang
berbaris rapi. Serem, kan?
Penasaran? Bagi kalian yang ingin tahu tips dan trik bagaimana agar bisa sampai ke pulau Sara Besar dan Goa Tatombatu, tenang saja. Pada bagian akhir artikel ini, sudah aku sisipkan tautan ulasanku mengenai keduanya. Jangan lupa dibaca, ya.
ASUS Menemaniku Tugas dan
Traveling ke Luar Kota
Lho, memangnya
nulis tentang traveling juga? Nulis, dong. Selain nge-blog,
aku juga aktif sebagai anggota redaksi majalah internal kantorku. Satu bulan
sekali, aku rapat bersama anggota redaksi lainnya untuk menentukan tema dan
berbagi tugas menulis kolom.
Karena aku suka traveling, otomatis aku
sering kebagian menulis tentang ulasan tempat wisata di seluruh Indonesia.
Makanya, tugas ke luar kota—seperti ke Melonguane—menjadi kesempatan berharga
bagiku untuk memperkaya bahan tulisan.
Nah, gawai yang
wajib ada saat aku dinas ke luar kota adalah laptop. Mengapa?
Tentu saja karena tugas di luar kota juga membutuhkan laptop.
Aku harus presentasi di depan adik-adik pelajar saat acara sosialisasi di
Melonguane. Aku juga harus mencicil laporan
kegiatan, agar ketika kembali ke kantor, tugasku semakin ringan.
Selain itu, aku juga memerlukan laptop untuk menulis
ulasan tempat wisata yang aku kunjungi. Kalau bisa, menulisnya saat itu juga.
Biar tidak ada yang tertinggal atau terlupa.
Sama seperti sop buntut, artikel akan lebih enak disajikan saat masih hangat.
Benar, kan?
Laptopku saat ini adalah
ASUS Zenbook UX305U berwarna ceramic alloy. Dengan
berbagai fitur yang ada, laptop ini sangat
mendukungku ketika menjalani tugas dan berwisata ke luar kota. Ringan, ramping,
bertenaga, serta mudah dibawa ke mana-mana.
Namun, ketika aku mendengar bahwa
ASUS mengeluarkan seri Zenbook terbarunya, yaitu 13 UX331UAL, aku langsung
kepincut. Betapa tidak, varian Zenbook terbaru ini unggul segala-galanya
dibandingkan dengan laptopku saat ini. Lebih ringan, ramping, awet, dan punya
performa yang lebih mumpuni.
Aku jadi membayangkan. Kalau saja
aku punya ASUS Zenbook 13 UX331UAL, menjalani tugas dan wisata ke luar kota,
pastinya akan terasa lebih mudah dan menyenangkan. Benar-benar menjadi laptop idamanku, deh.
Ingat Travel, Ingat ASUS Zenbook
13 UX331UAL
Nah, sebenarnya
apa saja sih keunggulan dari laptop ASUS Zenbook 13 UX331UAL? Yang jelas, ada
banyak sekali. Namun, biar
kalian mudah mengingatnya, aku ringkas menjadi enam huruf yang gampang kalian
eja: T-R-A-V-E-L. Pokoknya, ingat travel,
ingat ASUS Zenbook 13 UX331UAL.
Tipis dan Elegan
Bagi kalian para traveler, tentu
mendambakan laptop yang ringkas
dan mudah dibawa ke mana saja. Baik menggunakan backpack ataupun tas laptop. Ini bisa
kalian temui pada ASUS Zenbook 13 UX331UAL yang super tipis. Ketebalannya hanya
mencapai 13,9 milimeter. Tipis banget, kan?
Selain itu, ASUS Zenbook 13
UX331UAL juga dibalut dengan desain bingkai NanoEdge yang membuatnya tambah
ringkas dan elegan. NanoEdge sendiri adalah bingkai ultra tipis yang mampu
memberikan rasio layar-ke-tubuh yang ideal. Tanpa halangan bezel yang dapat
mengganggu aktivitas menulis kalian.
ASUS Zenbook 13 UX331UAL hadir
dalam dua varian warna, yakni Deep Dive Blue dan Rose Gold (limited
edition). Jikalau Blue melambangkan
kecanggihan, sementara Rose Gold mencerminkan
kilauan segar dan menyenangkan.
Pilih yang mana saja, aku jamin kalian akan makin percaya diri. Saat digunakan
untuk presentasi, ataupun sekadar nongkrong di kedai kopi.
Ringan
ASUS Zenbook 13 UX331UAL
merupakan laptop yang paling
ringan di kelasnya. Beratnya saja tidak mencapai 1 kg. Tepatnya hanya 985 gram
saja. Bagi para traveler, laptop yang ringan tentu akan sangat
memudahkan. Gampang dibawa ke mana-mana tanpa harus merasa pegal-pegal.
Apa rahasianya? ASUS Zenbook 13
UX331UAL dibuat dari paduan magnesium-alumunium. Menjadikan laptop ini memiliki bobot 33% lebih
ringan dibandingkan dengan laptop
biasa. Kalau sudah ringan begini, pastinya kalian ga akan cape saat dibawa traveling.
Anti-Gelap dan Presisi
ASUS Zenbook 13 UX331UAL
dilengkapi dengan keyboard
backlit berukuran
penuh. Membuat kalian tetap nyaman mengetik meski dalam kondisi pencahayaan
yang terbatas. Fitur ini sangat berguna bagi kalian yang suka traveling ke remote area.
Seperti di Melonguane, misalnya,
masih sering mati lampu pada malam hari akibat infrastruktur listrik yang
sangat terbatas. Dengan fitur ini, aku tidak akan takut produktivitas
terhambat, meski berada dalam kondisi yang gelap.
Layaknya koleksi laptop ASUS lainnya, Zenbook 13 UX331UAL
juga memiliki jarak antartombol yang diatur secara presisi, yaitu 1,4
milimeter. Jarak ini mampu menambah kenyamanan kalian dalam mengetik. Ditambah
dengan fitur palm-rejection dan multi-touch
gesture yang akan
meningkatkan akurasi jari tangan saat menari di atas keyboard.
Validasi Canggih
Laptop—khususnya bagi
penulis dan blogger—adalah barang
pribadi yang mesti dijaga keamanannya. Ga pengen, kan, ada
orang lain yang mengutak-ngatik foto atau data tanpa sepengetahuan kita.
Oleh karenanya, ASUS Zenbook 13
UX331UAL sangat mengerti kebutuhan kalian. Laptop ini memiliki fitur validasi
dengan menggunakan sensor sidik jari. Teknologi Windows Hello-nya juga memungkinkan
kalian untuk login dengan
menggunakan wajah. Lebih aman dan mudah ketimbang harus mengetikkan kata sandi.
Canggih, bukan?
Energik
Laptopnya tipis,
kemampuannya terbatas, dong? Eits, jangan salah.
Meskipun tipis, performa ASUS Zenbook 13 UX331UAL sangat energik, karena
didukung oleh prosesor Intel® Core™ i5 generasi ke-8 terbaru. Kemampuan membaca
prosesornya dapat ditingkatkan hingga 4.0GHz. Ditambah dengan RAM 8GB dan
storage 256GB PCIe® SSD, membuat laptop ini sangat
mudah untuk diajak multitasking.
Selain itu, suara yang dihasilkan
oleh laptop ini juga sangat baik, karena menggunakan teknologi SonicMaster
generasi terbaru, yang telah tersertifikasi oleh Harman Kardon. Iya benar,
Harman Kardon, si produsen audio yang sudah tidak diragukan lagi kehebatannya.
ASUS Zenbook 13 UX331UAL juga
dilengkapi dengan teknologi Wi-Fi master. Membuat kalian dapat menikmati
koneksi Wi-Fi yang lebih cepat dengan jarak yang lebih jauh. Dengan teknologi
Wi-Fi Master, kalian dapat menikmati streaming video YouTube
Full HD pada jarak lebih dari 300 meter. Wow!
Lebih Awet
Apanya yang awet? Ya, segala-galanya. Pertama, baterainya.
ASUS Zenbook 13 UX331UAL menggunakan baterai lithium-polymer 50Wh,
menjadikannya tetap menyala hingga 15 jam penuh.
Baterai ini juga tetap awet meski
di-charge berulang-ulang.
Memiliki masa pakai hingga 3 kali lebih lama dibandingkan dengan baterai
standar. Ketika baterainya sudah terisi penuh, kalian tidak perlu khawatir
untuk menggunakannya selama mungkin.
Kedua, daya
tahannya. Ini yang paling menakjubkan. ASUS Zenbook 13 UX331UAL telah lolos
pengujian standar daya tahan military-grade MIL-STD 810G.
Bukan sembarang kuat. Meski diinjak-injak, dijadikan alat pemukul kasti,
dilindas sepeda, bahkan dilindas sepeda motor, laptop ini masih mulus tanpa
retak.
Ga percaya? Tonton aja videonya
Raditya Dika dan Ridwan Hanif ketika menguji daya tahan ASUS Zenbook 13
UX331UAL di bawah ini.
Bagaimana? Hebat bukan? Nah, bagi kalian yang
masih penasaran dengan laptop ini, kalian dapat melihat spesifikasinya pada
tabel di bawah ini, atau mengunjungi website resmi ASUS di sini.
Kesimpulanku
Akhirnya kita sampai pada
kesimpulan. Seperti yang sudah kubilang, ASUS Zenbook 13 UX331UAL adalah laptop
yang cocok bagi kalian yang suka berpergian. Baik karena tugas, traveling, atau
kedua-duanya.
Meski tipis dan ringan, laptop
ini ternyata memiliki performa yang mumpuni, aman, baterai yang tahan lama, dan body yang super
kuat. Mampu menunjang segala kebutuhan kalian dalam menulis dan bekerja, kala
berpergian jauh dari rumah.
Hingga artikel ini dibuat, ASUS membanderolnya dengan harga Rp 14.299.000,00. Dengan segudang keunggulan yang dimilikinya, rasanya harga segitu memang pantas disematkan pada laptop ini. Bagiku, ASUS
Zenbook 13 UX331UAL benar-benar menjadi laptop idamanku dan para traveler.
Jadi, sudah ingat, kan? Ingat
apa? Ya, ingat T-R-A-V-E-L, ingat ASUS
Zenbook 13 UX331UAL. Jangan lupa, klik video di bawah
sebelum pindah laman, ya. Selamat menonton dan sampai jumpa.
***
Artikel
ini diikutsertakan dalam ASUS Blog
Competition dengan tema “Laptop
Idaman Sobat Traveler” yang diselenggarakan oleh ASUS dan travelerien.com.
17 komentar: