Rasa gugup mendadak muncul kala secarik kertas
diantarkan ke meja kerjaku sore itu. Bukan sekadar kertas biasa, melainkan
sebuah surat undangan. Berisi tiga paragraf singkat yang diketik rapi dengan menggunakan
huruf Times New Roman. Bunyinya
meminta kesediaan pejabat kantorku untuk menjadi pembicara di sebuah acara
diskusi ekonomi.
Undangan seperti ini sebenarnya sudah biasa, ketika
kita bekerja di sebuah lembaga negara. Sudah banyak surat sejenis yang ditujukan
ke alamat kantorku, dengan maksud yang serupa. Namun, disposisi atasanku kali
ini membuatku terngaga.
“Saudara
Adhi, tolong wakili saya untuk menghadiri acara ini,” tulisnya di pojok kanan atas surat dengan
menggunakan pena kebanggaannya.
Tugas membawakan materi di berbagai kesempatan presentasi,
sebenarnya sudah biasa aku ladeni. Hanya saja levelnya berbeda. Sebagai analis ekonomi yang baru empat tahun
bekerja, aku biasanya diberikan kesempatan tampil pada acara sosialisasi. Pesertanya
paling-paling sekelompok pelajar, mahasiswa, dan akademisi.
Penyajiannya pun cenderung satu arah. Jikalau ada sesi
tanya jawab, paling lama hanya berlangsung selama 15 menit. Itupun jarang
terpakai penuh, karena adik-adik yang kujejali dengan materi, rata-rata malu
bertanya. Kalau sudah begini, biasanya aku memancing keberanian mereka dengan hadiah
yang tak seberapa.
Untuk acara diskusi ekonomi seperti kali ini,
tugasku biasanya hanya menyiapkan bahan presentasi dan menjadi asisten sorot
untuk atasanku. Apalagi, yang menjadi pesertanya bukanlah pihak yang
biasa-biasa: ratusan aparatur sipil negara.
Bak ratusan semut yang mengerubungi gula, berjuta
pertanyaan dengan cepat menyerang isi kepalaku. Apa yang harus kusampaikan di
hadapan orang-orang berseragam coklat itu? Apa jadinya jika mereka mencecarku
dengan beragam pertanyaan? Sementara ide dan mulutku hanya terdiam seperti batu.
Oh, tidak.
Hingga malam tiba, berbagai pertanyaan itu terus
menghantuiku. Menjauhkanku dari tidur nyenyak. Hingga akhirnya kutumpahkan seluruh
kegalauanku kepada istriku.
“Tenang saja, acaranya masih dua minggu lagi. Masih
ada banyak waktu untuk mempersiapkan materi dan penampilanmu. Yang penting kamu
berusaha, Allah pasti akan memberimu hasil yang terbaik,” pesan istriku mencoba
menenangkanku.
Batik
Jadikan Penampilanku Lebih Baik
Mencoba mengalahkan rasa gugup, akhirnya aku
putuskan untuk memfokuskan diri pada hal yang lebih penting: mempersiapkan diri
dengan baik. Lagian, namanya tugas harus tetap dijalani, bukan diratapi. Oke,
kita mulai satu per satu.
Pertama, materi presentasi. Ini sudah makananku
sehari-hari. Template-nya sudah ada,
tinggal meng-update data. Tidak
memerlukan waktu lama, dan dalam hitungan jam, voila! Materi sudah jadi dan siap untuk ditayangkan.
Kedua, latihan presentasi. Aku sudah terbiasa
tampil di depan pelajar, sehingga hanya perlu latihan dua hingga tiga kali
lagi. Tidak lupa, aku juga menanamkan sugesti positif, bahwa kali ini aku juga presentasi
di hadapan pelajar—meski pelajar yang sudah
lulus sejak dua puluh tahun lalu.
Terakhir, penampilan. Berbagai penelitian telah
membuktikan bahwa penampilan memegang peranan penting dalam kesuksesan sebuah
presentasi. Betapa tidak? Sebelum mulut berbicara dan gerak tubuh berirama, hal
yang pertama kali dilihat oleh peserta adalah penampilan sang presenter.
Penampilan yang baik dan enak dipandang, akan
menarik atensi audiens. Berpenampilan baik juga turut meningkatkan rasa percaya
diri seorang presenter. Pun demikian
sebaliknya. Penampilan yang kurang pas, akan cepat menimbulkan kebosanan bagi
penonton. Meskipun materi presentasi dibuat tanpa cela, akan menjadi tiada
berarti bila audiens tidak menunjukkan atensinya.
Nah, untuk acara diskusi ekonomi yang sifatnya formal
seperti kali ini, batik adalah pilihan yang tepat dan tidak mungkin salah. Mengapa?
Warisan budaya asli Indonesia ini terbukti meningkatkan kualitas penampilan
bagi siapa saja yang mengenakannya. Baik tua maupun muda, mau pria ataupun
wanita.
Dalam momen-momen penting seperti kali ini, batik
yang kupilih bukanlah sembarang batik. Batiknya haruslah Batik Indonesia berkualitas
tinggi. Oleh karena itu, aku memercayai BT Batik Trusmi untuk memaksimalkan
penampilanku saat presentasi.
Mengingat ini adalah momen yang sangat krusial
bagiku, aku memutuskan untuk membeli batik baru. Supaya makin fresh dan tambah percaya diri. Karena
tinggal di Jakarta, aku langsung mengunjungi store BT Batik Trusmi yang ada di Jakarta. Deretan
koleksi premium langsung kuterawang sesampainya di sana.
Setelah setengah jam mencari, akhirnya pilihanku
jatuh pada si ungu yang menawan. Tidak lupa, kubelikan satu lagi yang berwarna merah
membara untuk ibuku di rumah. Hitung-hitung meminta doa kepada ibu, agar
anaknya diberi kemudahan saat presentasi. Doa ibu, adalah doa yang cepat
terkabul, bukan?
Berbagai persiapan yang kulakukan akhirnya berbuah
manis. Presentasiku mengalir bagai air. Seluruh pertanyaan yang diajukan
audiens dapat kujawab dengan lugas. Dan di penghujung acara, pertanyaan dari salah
seorang panitia membuatku semakin bangga mengenakan BT Batik Trusmi.
“Batiknya
keren banget, Mas. Beli di mana?”
Selain untuk presentasi, BT Batik Trusmi juga
menjadi busana andalanku dalam menghadiri berbagai momen penting. Yang terkini,
aku juga mengenakan “si ungu” saat menghadiri peluncuran buku antologi karyaku
dan tujuh kawan penulis lainnya pada Puspiptek Innovation Festival 2018 tanggal
27 September 2018 yang lalu. Bagaimana? Keren, kan?
Mengapa
Batik Trusmi?
Mungkin sejak tadi kalian bertanya-tanya, mengapa batiknya
harus BT
Batik Trusmi? Sabar, pelan-pelan, akan kujelaskan secara gamblang.
BT Batik Trusmi adalah pionirnya Batik Cirebon berkualitas.
Namanya berasal dari salah satu kampung di Kabupaten Cirebon, yakni kampung
Trusmi. Tempatnya para perajin sekaligus pusat kesenian batik di Cirebon.
Adalah kegigihan seorang pebisnis muda, Ibnu
Riyanto, yang menyebabkan batik kampung Trusmi terkenal hingga ke seluruh pelosok
negeri. Ia mendirikan store
pertamanya di sana, untuk memasarkan karya perajin batik lokal yang jumlahnya
kini lebih dari 1.000 orang.
Tepat pada 25 Maret 2013, ia berhasil meraih rekor
MURI sebagai pemilik toko batik terbesar dan terluas pada usia termuda, yakni
22 tahun, 4 bulan, dan 11 hari. Yap,
gerai BT
Batik Trusmi yang ada di Cirebon, merupakan gerai batik yang terbesar
di Indonesia. Hebat, bukan?
Motif yang diusung oleh BT Batik Trusmi adalah
motif Megamendung. Motif ini merupakan warisan budaya yang menjadi ciri khas Batik
Cirebon. Motif Megamendung menggambarkan awan pembawa hujan,
melambangkan kesuburan dan pemberi kehidupan.
Gradasi warna pada motif ini sangat bagus, karena
proses pewarnaannya dilakukan lebih dari tiga kali. Proses pengecekan (quality control) juga dilakukan
berkali-kali, sebelum dipajang dan dipasarkan kepada para penggemar batik.
Layaknya empal gentong, BT Batik Trusmi juga tidak
dapat dipisahkan dari Wisata Cirebon dan Pesona Indonesia.
Berkunjung ke Cirebon, kurang lengkap rasanya bila tidak mengunjungi gerai BT
Batik Trusmi. Setiap harinya ribuan orang berkunjung ke gerai yang
terletak di Jl. Syekh Datul Kahfi No.148 Plered Cirebon ini.
Bagi kalian yang tinggal di luar Cirebon, tidak
perlu berkecil hati. Seperti aku, kalian juga dapat membeli batik Trusmi di
gerai yang ada di Jakarta, Medan, Bandung, Surabaya, atau secara on-line dengan membuka laman resmi BT
Batik Trusmi di sini.
Nah, di laman resmi gerai yang mengusung slogan BT
Always Batik ini, kalian dapat memilih koleksi batik dengan berbagai
pilihan kategori sesuai kebutuhan. Ada pria, wanita, aksesoris, kain, batik couple, kondangan, hang-out, muslim, semi-sutra, premium, hingga batik yang berharga
di bawah Rp 100 ribu.
Tinggal pilih, klik, bayar, batik pun akan segera
meluncur ke alamat kalian. Mudah, bukan?
Batik
Jadikan Indonesia Lebih Baik
Seperti nasi, batik sejatinya tidak bisa dipisahkan
dari keseharian kita. Sejak dulu, batik telah menjadi salah satu seragam wajib
aparatur sipil negara, pegawai kantoran, maupun pelajar. Bahkan, karena
kelaziman mengenakan batik pada hari Jumat, kita kemudian mengenalnya sebagai
hari batik.
Dalam berbagai kegiatan dan acara, seperti
pernikahan, upacara keagamaan, hingga acara kenegaraan, batik pun senantiasa menjadi
busana pilihan bangsa Indonesia.
Batik juga merupakan cerminan ragam budaya
Indonesia. Masing-masing daerah memiliki motif yang khas, berbeda, serta sarat
akan simbol dan filosofi kehidupan masyarakat Indonesia. Oleh karenanya, batik
dikenal sebagai salah satu warisan budaya Nusantara.
Sejak tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO telah menetapkan
Batik
Indonesia sebagai warisan budaya kemanusiaan nonbendawi (intagible cultural heritage of humanity).
Untuk memupuk kebanggaan dan melestarikan Batik Indonesia, sejak saat itu pula kita
memperingati tanggal 2 Oktober sebagai hari batik nasional.
Selain warisan budaya, tentunya batik memiliki
peran yang sangat penting untuk menjadikan Indonesia lebih baik. Setidaknya,
ada lima alasan yang mendasarinya.
Pertama, batik merupakan salah satu sumber devisa Negara.
Mengutip Republika.co.id (18/5), Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM), Gati
Wibawaningsih, menjelaskan bahwa Batik Indonesia mampu menjadi pemimpin
pasar batik dunia.
Kinerja ekspor Batik Indonesia juga meningkat setiap tahunnya. Sepanjang
tahun 2017, nilai ekspor batik nasional tercatat sebesar 58,46 juta Dolar AS. Fakta
tersebut layaknya angin segar bagi perekonomian nasional, terutama di tengah
pelemahan nilai tukar Rupiah dan melebarnya defisit transaksi berjalan seperti sekarang
ini.
Sejalan dengan program pemerintah yang terus mendorong
aktivitas ekspor, batik diharapkan dapat menjadi salah satu motor penggeraknya.
Dengan memanfaatkan momentum hari batik nasional ke-9 pada 2 Oktober 2018 nanti,
batik dapat menjadi obat yang pas untuk mencegah pelemahan nilai tukar lebih
dalam.
Kedua, industri batik merupakan industri yang padat
karya. Masih dari sumber yang sama, total tenaga kerja yang diserap oleh
industri batik nasional mencapai lebih dari 15.000 orang. Oleh karenanya,
industri batik memiliki peran yang penting dalam mengatasi pengangguran dan
meningkatkan kesejahteraan bangsa.
Ketiga, industri batik mendukung pengembangan usaha mikro
kecil dan menengah (UMKM). Gati menjelaskan bahwa industri batik nasional
didominasi oleh industri kecil dan menengah (IKM). Saat ini, ada 101 sentra
batik yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Sebagaimana kita ketahui, UMKM merupakan tulang punggung
perekonomian Indonesia. UMKM juga telah terbukti memiliki daya tahan yang lebih
tinggi dibanding sektor lainnya, dalam menghadapi berbagai risiko eksternal,
seperti krisis ekonomi pada 1997/1998 lalu. Dengan membeli batik nasional, maka
kita turut serta mendorong pertumbuhan ekonomi bangsa.
Keempat, batik merupakan warisan luhur budaya bangsa yang berkontribusi
terhadap industri pariwisata nasional. Keberadaan BT Batik Trusmi di Cirebon,
misalnya, dapat mendorong minat wisatawan untuk datang ke Cirebon. Dampaknya,
industri pendukung lainnya seperti hotel, makan minum, dan transportasi, dapat
ikut berkembang.
Terakhir, batik merupakan alat pemersatu bangsa. Ini yang
paling penting. Layaknya bendera merah putih atau lagu kebangsaan Indonesia
Raya, batik dapat menyatukan bangsa. Ini terkonfirmasi dari survey yang
dilakukan oleh Jajak Pendapat pada tahun 2014. Hasilnya, 95,54% dari total
1.000 responden di seluruh Indonesia, memiliki baju batik di lemarinya. Kalian
juga punya batik, kan?
Saranku
Agar Batik Semakin Baik
Sebagai penutup, aku ingin menyampaikan beberapa
saran untuk menjadikan batik lebih baik. Boleh, kan? Tiga saja kok, tidak
banyak-banyak.
Pertama, selalu kenakan Batik Indonesia dalam
setiap kesempatan. Layu maupun berkembangnya batik nasional, ada di tangan kita
bersama. Oleh karena itu, pakailah batik dalam berbagai acara, seperti seminar,
forum, pernikahan, upacara keagamaan, bahkan hang-out ke mall sekalipun.
Ingat, ya, belilah Batik Indonesia, jangan yang lain.
Kedua, menggemakan Batik Indonesia ke dunia internasional.
Pameran busana bertajuk Batik for The
World yang diselenggarakan di Paris pada bulan Juni yang lalu, menjadi
contoh nyata bagaimana seharusnya kita menggemakan batik nasional ke kancah
dunia.
Nah, event
seperti itu, harusnya bisa diselenggarakan lebih sering lagi. Sebagai orang
Indonesia, tentunya kita akan bangga, apabila Batik Indonesia dikenal
hingga ke mancanegara.
Terakhir, menambah jumlah kewajiban mengenakan batik di
hari kerja. Sebagai contoh, kantorku saat ini mewajibkanku mengenakan batik
setiap hari Selasa dan Jumat. Artinya, ada 2 dari 5 hari kerja yang diwajibkan
untuk memakai seragam batik.
Menurutku, kewajiban mengenakan batik pada hari
kerja harus ditambah, hingga menjadi 3 atau 4 hari dalam seminggu. Dengan
demikian, kita dapat meningkatkan permintaan terhadap industri batik nasional
hingga 2 kali lipat.
Dengan berbagai upaya tersebut, aku yakin Batik
Indonesia akan menjadi lebih baik. Bagaimana menurutmu? Setuju? Yuk,
kenakan batik agar Indonesia menjadi lebih baik.
***
Artikel ini diikutsertakan dalam Lomba Blog
Nasional BT Batik Trusmi.
Besok rencananya mau jalan-jalan ke museum batik di Solo. Moga menang ya Mas Adhi, batik trusmi warna ungu bagus.
ReplyDeleteWah senangnya jalan-jalan ke museum batik. Amin. Terima kasih Mba Ety sudah berkenan mampir.
Deletewuiih.. asyik nih, berarti dengan membeli dan memakai batik secara langsung Ane membantu Indonesia menjadi lebih baik ya. Alhamdulillah ^_^
ReplyDeleteMantap, pastinya bro. Mengenakan batik Indonesia, turut serta membangun Indonesia. Terima kasih sudah berkenan mampir Bro Alfian. Semoga kita dapat yang terbaik. Amin.
DeleteWa-wah ternyata masnya udah duluan aja nih kunjungin storenya. Mantapp. Keren banget Batik Trusmi ini ya. Bagi saya sih mengenakan Batik itu udah seperti kewajiban ya. Ya kalo bukan kita yang bangga pakai Batik, siapa lagi? Hehee... Daripada nanti ada negara lain yang berkoar-koar mengklaim Batik sebagai milik mereka. Wkwk... Iya kan mas Adhi?
ReplyDeleteSepakat Mas Firman. Sudah seharusnya warisan luhur budaya bangsa ini kita lestarikan dengan cara mengenakannya di setiap kesempatan. Terima kasih sudah berkenan mampir ya, Mas. Semoga kita mendapat hasil yang terbaik. Amin.
DeleteMantabbb nian bang, batik emang membuat penampilan jadi lebih baik yess bang. Aku punya banyak koleksi batik sejak kerja di kantor yang kmrn hehehe
ReplyDeleteSetuju Bang Joe. Rasanya makin percaya diri ketika kita mengenakan Batik. Terima kasih Bang sudah berkenan mampir. Salam hangat.
DeleteBatik mega mendung, belum pernah punya, keren banget motifnya. Saya paling suka warna item mengkilat dan bahanya halus, jadi alus terus kayak di setrika biarpun gak di setrika. Tapi ada gak sih di batik trusmi ini ?
ReplyDeleteDi Batik Trusmi, ada yang bahannya sutra Mas Amir. Terasa lembut dan mulus, bagai perawan muda. Hehe. Namun, harganya memang di atas rata-rata. Seperti kata pebisnis, kualitas pada umumnya akan sebanding dengan harga. Terima kasih atas kunjungannya Mas Amir. Salam hangat.
DeleteAmpun deh lengkap banget....batik memang luar biasa,,,,warisan budaya dan identitas bangsa yang tiada duanya...
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkenan mampir. Salam hangat.
DeleteBatiknya keren dan yang pakai batik juga makin keren. Sukses ya bang :)
ReplyDeleteTerima kasih Mba Arda. BT Batik Trusmi memang keren-keren. Terima kasih sudah berkenan mampir ya, Mba. Salam hangat.
DeleteBenar mas penampilan memang memegang peranan penting dalam presentasi, sebelum mulut mengeluarkan kata-kata, gerak tubuh di irama, visualisasi lah yang berkata-kata. Saya terkesima dengan gaya penuturannya mas, luar biasa. selamat atas kemenangannya
ReplyDeleteBenar, Mas. Sudah naluri manusia menilai orang lain dari penampilannya, khususnya saat pertama kali berjumpa. Terima kasih Mas Anjar sudah berkenan mampir. Salam hangat.
Delete