Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan. ~ QS Ar-Rahman: 60.
***
Ramadan 2019 memang sudah
berlalu. Namun, selalu ada hal menarik yang bisa kita pelajari dari kisah
Ramadan di berbagai penjuru dunia. Aktivitas ibadahnya memang serupa—sama-sama
berpuasa dan mendirikan salat malam. Akan tetapi, budaya dan suasana yang menghiasinya
boleh jadi berbeda.
Di Indonesia, semarak
Ramadan senantiasa menggema ke seluruh pelosok negeri. Genderang beduk sahut-menyahut
setiap kali azan Magrib berkumandang. Derap langkah jamaah salat tarawih menghiasi
malam demi malam pada Bulan Suci. Tidak ketinggalan, teriakan anak-anak dan
pemuda masjid memecah kesunyian malam saban waktu sahur tiba.
Puncaknya, mudik ke kampung
halaman dan bersilaturahmi dengan sanak famili menjadi budaya yang tidak bisa dilepaskan
ketika merayakan Idulfitri. Inilah suasana Ramadan yang lazim kita rasakan di Nusantara.
Yang menarik, keindahan
Ramadan tidak hanya dirasakan oleh umat muslim saja, tetapi juga oleh seluruh rakyat Indonesia. Contoh sederhananya bisa kita temukan pada saat
halalbihalal. Saling memaafkan pasca Ramadan, tanpa memandang latar belakang agama,
adalah salah satu nilai luhur yang dimiliki Indonesia.
Lantas, bagaimana dengan rakyat Indonesia yang berada di luar
negeri? Terutama mereka yang tinggal di negara yang mayoritas penduduknya nonmuslim.
Di Amerika, misalnya. Apakah mereka merasakan kegembiraan yang sama?
Meskipun saya belum pernah
melewatkan Ramadan di Amerika, saya berani menduga bahwa tantangan berpuasa di
sana tidaklah serupa. Saya beri contoh sederhana. Di Amerika, kita tidak bisa
menemukan penjaja takjil di pinggir jalan setiap kali beduk Magrib akan
berkumandang. Benar, kan?
Kendatipun demikian, bagi Pemerintah
Amerika, ternyata bulan Ramadan cukup menarik perhatian. Sebagai bukti,
Presiden Donald Trump sampai-sampai mengeluarkan presidential message berkenaan dengan bulan suci Ramadan.
Melalui laman resmi Gedung
Putih (5/5), ia mendoakan agar umat muslim di Amerika dapat melaksanakan ibadah
Ramadan dengan baik. Tidak lupa, ia juga berharap agar semangat Ramadan bisa mempererat
tali persaudaraan antarpenduduk agar tercipta kehidupan bermasyarakat yang lebih
harmonis.
Tidak berhenti sampai di
sana, orang nomor satu di Amerika itu juga menyelenggarakan acara buka puasa
bersama di Gedung Putih. Berbagai komunitas muslim Amerika turut hadir untuk
menikmati jamuan makan malam di sana.
Dalam sambutannya, ia menjamin
bahwa setiap penduduk di Amerika, baik muslim maupun nonmuslim, pendatang
maupun lokal, memiliki hak yang sama untuk bisa beribadah dengan aman dan
damai. Ia juga berharap agar semangat Ramadan dapat menjadi jalan terciptanya
kerukunan antarkomunitas di Amerika.
Untuk menyimak pidato
Presiden Trump secara utuh, silakan tonton video yang saya ambil dari saluran
YouTube milik Global News berikut ini.
Apa yang dilakukan Presiden
Trump sedikit banyak menunjukkan kepada kita, betapa besar makna Ramadan bagi
Negeri Paman Sam. Bisa jadi, besarnya perhatian yang diberikan oleh Pemerintah
Amerika kepada umat muslim disebabkan karena pesatnya perkembangan umat muslim
di sana.
Pew Research Center dalam
artikel bertajuk New Estimates Show US
Muslim Population Continues to Grow, menampilkan fakta yang cukup menarik.
Hasil penelitian lembaga survei tersebut menunjukkan terdapat 3,45 juta umat
muslim di Amerika pada 2017.
Dalam 10 tahun terakhir,
laju pertumbuhan penduduk muslim di Amerika pun terbilang sangat pesat, yakni
mencapai 46,81 persen atau hampir 5 persen per tahun. Angka ini lebih tinggi
dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk Amerika sendiri, yang berada di kisaran
1 hingga 2 persen per tahun.
Dari sana, kita pun bisa
menduga. Semakin banyak umat muslim di Amerika, maka semakin kental pula nilai-nilai
Islam di sana. Pada bulan Ramadan, bulan sucinya umat muslim sedunia, adalah momen
yang paling tepat untuk mengukur sejauh mana makna kebaikan dan kedamaian Islam
menghiasi kehidupan masyarakat Amerika.
Menebar Kebaikan, Menjalin Tali Persaudaraan
Salah satu kisah tentang indahnya
kebersamaan pada bulan suci Ramadan bisa kita temui di sebuah masjid di Virginia.
Setelah menunaikan ibadah puasa, umat muslim berbondong-bondong untuk berbuka
bersama.
Yang menarik, undangan buka
bersama tidak hanya ditujukan bagi umat muslim saja, tetapi juga kepada
penduduk sekitar tanpa memandang asal-usul agamanya. Semua bisa hadir menikmati
jamuan di dalam area masjid. Lewat santap malam, mereka melebur menjadi satu
dalam sebuah kerangka kebersamaan.
Penduduk nonmuslim yang
ingin tahu lebih jauh tentang Islam, baik mereka yang sekadar penasaran atau bahkan
yang ingin serius belajar, diberikan kesempatan seluas-luasnya. Mereka bisa
mengamati bagaimana cara umat muslim menunaikan salat dan mengaji kitab suci
Alquran.
Seton Mcilroy, seorang wanita
Katolik yang turut hadir di sana, bahkan sempat mengikuti salat tarawih
berjamaah. Kepada VOA News, ia
mengaku sangat senang bisa merasakan nilai-nilai kedamaian yang diusung Islam
secara langsung. Sangat jauh dari kesan negatif yang acap kali ia temui saat
membaca berita atau menonton televisi.
“Saya bisa merasakan kehadiran Tuhan meskipun tidak berada di gereja,” tuturnya pasti.
Liputan mengenai indahnya
kebersamaan lintas agama yang dihadirkan di masjid Virginia bisa pembaca teliti
melalui video di bawah ini.
Indahnya kebersamaan pada
bulan Ramadan bukan saja ditunjukkan dari buka puasa bersama atau salat tarawih
berjamaah di masjid Virginia, tetapi juga penggalangan donasi yang dilakukan
oleh beberapa lembaga muslim di Amerika.
Alexandria, lembaga donasi
muslim nonprofit terbesar di Amerika, seperti dilansir VOA News, menyebutkan jumlah donasi biasanya meningkat pesat pada
bulan Ramadan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal itu terjadi.
Bagi donatur muslim, bulan
Ramadan adalah bulannya berzakat. Di samping zakat fitrah—yang memang hanya
diwajibkan pada bulan Ramadan—ada pula zakat penghasilan. Biasanya, umat muslim
Amerika menentukan haul (batas waktu
yang menjadi syarat wajib zakat) bertepatan dengan bulan Ramadan. Alasannya
sederhana: supaya lebih mudah mengingatnya.
Bagi donatur nonmuslim, mereka
tertarik untuk berdonasi di bulan Ramadan karena alasan kemanusiaan. Mereka
ingin ikut andil dalam mengatasi ketimpangan dan kemiskinan di dunia. Program donasi
dan zakat dari berbagai lembaga donasi muslim lantas menjadi jembatan yang paling
pas untuk menyalurkan kebaikan hati mereka.
Dalam pelaksanaannya,
Alexandria memang memiliki program yang terukur. Sekitar 70 persen dari donasi
yang terkumpul mereka salurkan untuk mengatasi masalah kelaparan dan kesehatan di
seluruh dunia, khususnya di Afrika dan Asia. Sisanya, mereka tujukan untuk membantu
korban bencana alam dan kemiskinan di Amerika.
Meski membawa nama Islam,
pada praktiknya setiap lembaga donasi muslim nonprofit di Amerika tidak
membeda-bedakan agama.
“Kemiskinan tidak mengenal agama. Ketika Anda lapar, saya tidak akan pernah bertanya apa agama Anda,” kata Halil Demir, Direktur Eksekutif The Zakat Foundation of America.
Apa yang ditunjukkan umat
muslim di Amerika sejatinya mencerminkan nilai-nilai luhur dari ajaran Islam.
Islam mengajarkan umatnya agar senantiasa berbuat baik kepada sesama. Islam
juga memerintahkan muslim agar menafkahkan sebagian dari harta yang dimiliki.
Kedua nilai inilah yang ingin ditunjukkan oleh umat muslim di Amerika sepanjang
bulan Ramadan.
Peran Indonesia
Sebagai negara dengan
penduduk muslim terbanyak di dunia, Indonesia tidak mau ketinggalan dalam dalam
menyebarkan nilai-nilai Islam di Amerika. Kemenlu, sebagaimana dilansir MerahPutih, memperkirakan ada sekitar
127.200 orang WNI yang tinggal di Amerika. Sebagian besar bekerja, sebagian
lagi menuntut ilmu.
Lantaran merasa senasib
sepenanggungan, berbagai komunitas pun mulai bermunculan. Bagi umat muslim, IMSA
(Indonesia Muslim Society in America) adalah salah satunya. Organisasi muslim
nonprofit yang beranggotakan WNI di Amerika dan diaspora ini telah berdiri
sejak 1998.
Sejak itu pula, IMSA
menjadi wadah bagi WNI muslim di Amerika untuk saling berbagi dan menyebarkan
ajaran Islam. Berbagai program pun dihadirkan untuk menebar kebaikan.
Pada bulan Ramadan tahun ini,
IMSA baru
saja menyelenggarakan program IMSACARE. Melalui program ini, WNI muslim di
Amerika bisa berbagi di Bulan Suci. Jenisnya bermacam-macam. Mulai dari zakat
fitrah, fidyah, infak, sedekah, buka puasa bersama, berbagi dengan yatim, wakaf
1 juta Alquran, hingga pemberian beasiswa.
Selain menyalurkan donasi, IMSA juga
aktif berdakwah. Salah satunya lewat siaran radio via internet yang bisa Anda
akses melalui laman ini.
Radio yang telah mengudara sejak 2004 ini bertujuan mengenalkan nilai-nilai
Islam di Amerika dan Kanada lewat siaran yang berkualitas dan bermanfaat.
Topik yang disajikan tidak
hanya mengenai kajian Alquran, tetapi juga ilmu pengetahuan, teknologi, sosial,
dan budaya. Dengan demikian, para pendengar bisa mempelajari Islam dari
berbagai sudut pandang.
Dalam berbagai kesempatan,
IMSA juga sering menyelenggarakan seminar dan bincang-bincang seputar kehidupan
di Amerika. Umumnya, acara ini diperuntukkan bagi WNI yang akan tinggal di
Amerika, baik karena urusan pekerjaan ataupun perkuliahan.
Dengan adanya acara ini, WNI
yang akan menetap di Amerika bisa cepat beradaptasi dengan suasana di sana.
Mengetahui di mana lokasi kedutaan, tempat membeli makanan halal, ataupun letak
masjid terdekat dari tempat tinggal.
Namun demikian, yang paling
ditunggu-tunggu oleh WNI muslim di Amerika adalah agenda tahunan bertajuk
Muktamar IMSA. Sesuai namanya, ini adalah acara silaturahmi terbesar WNI muslim
di Amerika. Umumnya diselenggarakan pasca bulan Ramadan.
Sebagai gambaran, Muktamar
IMSA 2018 dihadiri tidak kurang dari 1.100 orang peserta. Menghadirkan berbagai
narasumber seperti duta besar, alim ulama, dai, dan tokoh publik lainnya.
Melalui acara ini, rasa persaudaraan di antara anak bangsa akan terjalin erat,
serta menjadi contoh bagi umat muslim dari negara lain dalam menunjukkan
nilai-nilai keislaman di Amerika.
Jadi, kalau ada waktu luang
dan rezeki lapang, jangan lewatkan Muktamar IMSA 2019 yang akan diselenggarakan
di Chicago pada bulan depan.
Menyimpulkan Makna Ramadan
Ramadan adalah bulan
berbagi kebaikan. Mungkin itu adalah kalimat yang paling tepat untuk memaknai
Ramadan di Negeri Paman Sam. Status sebagai umat minoritas tidak serta-merta
menjadikan muslim Amerika berdiam diri.
Mereka turut memperkenalkan
dan menghadirkan kebaikan ajaran Islam kepada siapa pun tanpa memandang
asal-usul agama. Mereka merangkul siapa saja yang merasa kelaparan untuk
bersama menikmati keberkahan sajian iftar.
Tiada lain yang mereka harapkan kecuali pahala dari sisi Tuhan.
Maka, sudah sepatutnya kita
menarik pelajaran dari sana. Melalui perbuatan mulia, dakwah bisa hadir di
tengah-tengah Amerika. Saya percaya, inilah yang menyebabkan jumlah umat muslim
di sana mampu berkembang dengan pesat melebih laju pertumbuhan penduduknya.
Mereka tertarik dengan
Islam lantaran menyaksikan nilai luhur yang ditunjukkan oleh umat muslim. Tidak
dengan paksaan, tidak pula karena desakan. Sebab kedamaian dan ketenteraman
hanya bisa dihadirkan oleh senyuman, bukan dengan gencatan apalagi makian.
Akhir kata, setelah melalui
bulan Ramadan, semoga kita termasuk ke dalam barisan orang-orang yang gigih menebar
kebaikan, bukan kebencian. [Adhi]
***
Referensi
[1] Presidential Message on Ramadan
2019; The White House.
[2] New Estimates Show US
Muslim Population Continues to Grow; Pew
Research Center.
[3] Muslims Give Millions to Islam
Charity Organizations in US During Ramadan; VOA
News.
[4] Jumlah WNI di Luar Negeri Capai
Jutaan Orang; MerahPutih.
[5] Muktamar IMSA Ajang Silaturahim
Kaum Muslim Di Amerika Serikat; Suara
Karya.
[6] Indonesia Muslim Society in America
at a Glance; IMSA.
[7] People of Different Faiths Unite
for Muslim Ramadan Meal; VOA News YouTube
channel.
[8] Trump attends Ramadan iftar dinner
at The White House, Global News YouTube
channel.
Mantappp, calon juaranya nihh.. joossss
ReplyDeleteAmin. Terima kasih sudah mampir, Mas. Salam hangat.
DeleteMemiliki saudara muslim di negeri orang, beribadah pun menjadi lebih tenang. Terlebih di Amerika karena mayoritas penduduknya non muslim
ReplyDeleteSepakat Mas Amir. Terima kasih sudah mampir. Salam hangat.
DeleteIkhlas dunia akhirat kalau postingan ini yg bakal juara 1, emang high quality banget. Salam kenal blogger Nodi. Saya Kiky dari Pontianak.
ReplyDeleteHehe. Amin, Kak. Saya hanya berusaha memberikan yang terbaik. Salam kenal juga. Terima kasih sudah mampir.
DeleteMantap, artikelnya komplit... Semoga Sukses 😊
ReplyDeleteTerima kasih sudah mampir kemari, Kak. Salam hangat.
Delete