“Kapan pulang, Nak?”
Kalimat
di atas memang hanya terdiri dari tiga kata. Sederhana dan biasa-biasa saja. Namun
ketika terlontar dari lisan seorang Ibu yang merindukan kepulangan anaknya,
maknanya sungguh tiada tara.
***
Saban Lebaran menjelang,
Ibu selalu mengucapkan kalimat itu dari balik ponselnya. Sering kali suaranya terdengar
getir. Sesekali pula saya mendengar isakan. Biasanya dilanjutkan dengan tarikan
napas panjang. Saya menduga, itu semua disebabkan oleh gumpalan rindu yang
tidak bisa lagi diperam.
Saya pun demikian. Tiada berbeda,
sama-sama dirundung rindu.
Sejak kelas 3 SMA, saya memang
tidak lagi seatap dengan Ibu. Demi pendidikan dan kualitas otak yang lebih baik,
Ibu harus merelakan saya merantau ke luar kota. Tentu saja, awalnya dia tidak
rela berpisah raga dengan anak bungsunya. Namun apa daya, kehidupan harus tetap
berjalan sebagaimana mestinya.
Semakin bertambahnya usia, semakin
jauh pula jarak di antara kami berdua. Ketika kuliah, saya harus menetap selama
empat tahun di Bogor. Tatkala lulus dan memasuki tahun pertama bekerja, tiba-tiba
kami sudah terpisah pulau saja. Ibu masih di Bekasi, sedangkan saya mengais rezeki
di Bukittinggi.
Hingga kini, saat saya telah
berkeluarga dan memasuki tahun kedelapan bekerja, ruang di antara saya dan Ibu
semakin melebar. Ketika saya cek lewat Google Map, ada 3.277,5 kilometer jarak
yang membentang antara Manado dengan Bekasi. Tatkala saya selami hati, ada
jutaan kangen yang terpendam di dalam
diri.
Menandatangani kontrak kerja
berklausula “bersedia ditempatkan di mana saja” memang sungguh menantang. Sejujurnya,
saya memang suka menjelajahi pelosok Nusantara. Guru saya pernah berkata, “Kamu
hanya punya satu nyawa, maka gunakanlah waktu yang tersedia untuk mengagumi
ciptaan-Nya.”
Saya pun setuju dengan ucapan
Sang Guru. Semesta Bumi Pertiwi memang elok tak terperi. Di Sulawesi Utara,
saya bahkan pernah mengunjungi tapal batas utara Nusantara. Kepulauan Talaud,
namanya. Letaknya berbatasan langsung dengan Filipina. Kalian bisa cek di peta,
ukurannya tidak besar, hanya seukuran jempol saja.
Menikmati keindahan Pantai
Sara Besar—salah satu pantai pasir putih tak berpenghuni di Kepulauan Talaud—adalah
sececap rasa manis ketika bertugas di sana. Tentu saja, kalian tidak akan pernah
bisa menemui pantai seperti itu di kota-kota besar. Sebab Sara Besar tercipta
bagi para pejalan yang gemar tantangan.
Kembali ke persoalan rindu,
jauhnya jarak di antara kami berdua memaksa saya untuk tidak bisa pulang
sekehendak hati. Maklum saja, perjalanan Manado—Bekasi harus ditempuh dengan
pesawat udara plus taksi bandara. Tiga setengah jam di udara, ditambah satu
setengah jam di jalan raya.
Selain karena jaraknya yang
jauh, saya pun tahu diri. Gaji seorang karyawan biasa tidak cukup untuk pulang-pergi
setiap bulan. Bahkan tiga bulan sekalipun masih terasa berat. Habis, mau
bagaimana lagi? Semakin ke timur, biaya hidup semakin tinggi. Inilah yang kerap
menjadi kendala.
Namun ketika Ramadan tiba,
segalanya berubah seratus delapan puluh derajat. Tunjangan Hari Raya (THR) membuat
rekening menjadi gendut, walaupun hanya sesaat. Tentu saja, resep menguruskan
kembali rekening yang telah menggendut hanya ada tiga: membayar zakat, membeli baju
Lebaran, dan mengenggam tiket pulang ke kampung halaman.
Saya pun bersyukur,
kebijakan yang ditetapkan turun-temurun sejak Orde Lama tersebut memudahkan
saya untuk kembali bertemu Ibu. Yah, paling tidak, satu tahun sekali. Ditambah libur
cuti bersama, itu sudah lebih dari cukup untuk melepaskan kerinduan dari
ubun-ubun kepala.
Maka, sehari sebelum libur
cuti bersama, saya pun segera menelepon Ibu untuk memberi satu kabar gembira.
“Bu, Insyaallah besok aku
pulang.”
Indonesia memang unik. Tradisi
mudik memang hanya dimiliki oleh negeri kita tercinta. Kalian tidak akan bisa
menemui budaya serupa di belahan bumi mana pun. Sebagaimana yang sudah kalian
ketahui, mudik identik dengan silaturahmi. Silaturahmi pula yang menjadi tujuan
utama mudik: mempererat tali persaudaraan dengan sanak famili dan tetangga.
Yang mungkin belum kalian
tahu, istilah mudik sejatinya dipopulerkan
oleh pekerja rantau asal Jawa. Mudik
adalah singkatan dari dua kata berbahasa Jawa: mulih dilik, yang artinya pulang
sebentar.
Meskipun hanya sebentar, “daya
isi baterai” saat mudik amat-sangat ampuh. Paling tidak, cukup untuk melepas
rasa rindu sebelum akhirnya penuh kembali pada Lebaran tahun depan.
Apa sebab? Hangatnya cinta keluarga
dan romantisme kampung halaman yang membuat segalanya menjadi lebih indah.
Itulah yang saya rasakan
ketika mencium tangan Ibu pasca salat Idulfitri. Ibu menangis, saya pun tak
sanggup menahan derai air mata. Kami berpelukan dengan sangat erat, seakan tiada
lagi hari esok yang bisa dicecap.
Sedetik kemudian, kami
sudah tercebur ke dalam perbincangan hangat. Lika-liku dunia kerja sepanjang
tahun, tuntas saya ceritakan. Rencana karier dan masa depan, kelar saya
utarakan. Ibu pun demikian. Aktivitas harian dengan cucu tercinta—buah hati
kakak saya—rampung ia kisahkan.
Acara semakin seru ketika
kedua kakak saya—beserta suaminya—bergabung di tengah-tengah kami. Tegur sapa
dan bermaaf-maafan menjadi agenda tahunan yang kami lakukan. Riuh suara kemenakan
yang masih balita menambah hangatnya suasana Lebaran kami tahun ini.
Tak terasa, dua piring
ketupat opor ayam plus rendang lenyap tak berbekas. Tentu saja, Ibu terus menyemangati
saya untuk memulai piring yang ketiga.
“Tambah lagi, Nak,” ujarnya
dengan mata berbinar.
Saya pun tersenyum lebar seraya
memungut rantang ketupat sayur.
“Kabarnya tiket mahal ya,
Nod?” tanya Kakak saya sembari menyapih buah hatinya.
Pertanyaan
yang cukup beralasan, gumam saya dalam hati. Sejak awal tahun,
harga tiket pesawat memang
terus melambung. Beragam analisis bisa kita temui, baik dari media cetak dan maupun
daring. Ada yang bilang efek duopoli, ada pula yang bilang efisiensi biaya. Apa
pun alasannya, yang benar-benar tahu hanyalah maskapainya.
Perbincangan seperti ini
memang kerap terjadi ketika kumpul keluarga. Isu yang sedang hangat memang
sangat menarik untuk dibahas. Entah urusan politik, sepakbola, lalu lintas
mudik, atau sekadar harga tiket pesawat belaka.
“Kalau normal memang agak
mahal. Tapi aku dapat di bawah harga pasaran, Kak.” Saya mengambil ponsel
seraya menunjukkan aplikasi Tiket.com kepadanya.
“Kok, bisa?”
“Bisa, dong. Di Tiket.com, kita
bisa mendapat potongan harga terbaik, lantaran promo Tiket Hari Raya dan Rayakan Kebaikan. Baik
rute domestik maupun internasional, semua kena diskon. Tidak main-main,
potongannya hingga Rp 1 juta,” jawab saya sambil menyeringai.
Aplikasi besutan PT Global
Tiket Network ini memang tidak main-main untuk urusan tiket dan wisata. Selain
menjual tiket pesawat, Tiket.com juga menyediakan tiket hotel, kereta
api, sewa mobil, dan hiburan lainnya seperti konser, pertunjukan, serta wana
wisata lainnya.
Nah, supaya lebih
terang-benderang, silakan tonton video profil Tiket.com di bawah ini, ya!
Bagi kalian yang sering
bepergian, wisata, atau pulang ke kampung halaman, saya menyarankan agar kalian
memesan tiket pesawat, tiket hotel, atau tiket kereta api lewat Tiket.com.
Pasalnya, Tiket.com memiliki tujuh keunggulan yang sayang bila dilewatkan
begitu saja. Yang pasti, bisa membuat perjalanan kalian jadi tambah
menyenangkan.
Penasaran? Makanya, jangan
buru-buru pindah laman. Simak ulasan saya dalam beberapa paragraf ke depan.
Hal utama yang kita
inginkan ketika memesan tiket adalah kemudahan akses. Prinsipnya sederhana
saja. Kalau ada yang lebih mudah, mengapa harus cari yang susah?
Dari sisi kemudahan akses,
kalian tidak perlu khawatir ketika memesan tiket pesawat atau tiket hotel di Tiket.com.
Sebab Tiket.com adalah aplikasi multiplatform
yang mudah diakses dari mana saja. Sepanjang sinyal lancar, maka tidak ada
halangan untuk mengakses Tiket.com.
Bagi kalian yang sehari-seharinya
bergelut dengan laptop, kalian bisa membuka website
Tiket.com. Ketik saja sesuai namanya di browser
kalian, maka menu utama akan segera hadir di depan mata.
Sedangkan untuk kalian yang
lebih sering berinteraksi dengan smartphone,
kalian bisa mengunduh aplikasinya. Bagi pengguna Android, aplikasi Tiket.com tersedia
di Google Play. Sedangkan pelanggan Apple dalam menemukannya di App Store.
Cara daftarnya juga sangat mudah.
Selain mengisi data diri, kalian juga bisa masuk dengan menggunakan akun Google
atau Facebook. Jadi, tidak perlu repot-repot mengingat password lagi, deh.
Hal selanjutnya yang
menjadi perhatian ketika membeli tiket pesawat atau tiket hotel adalah metode
pembayaran. Kalau terbatas, kita pun akan malas. Sebaliknya pun demikian.
Ketika metode pembayaran lengkap, maka hidup jadi terasa nikmat.
Membayar tiket pesawat atau
tiket hotel di Tiket.com lebih mudah. Karena Tiket.com telah menyediakan
beragam metode pembayaran untuk kalian. Singkat kata, mau bayar pakai cara apa
pun, Tiket.com punya salurannya.
Bagi kalian yang masih
konvensional, Tiket.com menyediakan metode pembayaran lewat ATM, Kartu Debit
atau Kredit, Transfer antarbank, dan gerai ritel Alfamart dan Indomaret.
Tinggal pilih saja mana yang disuka, semuanya sudah tersedia.
Sedangkan untuk generasi
milenial yang sudah akrab dengan metode pembayaran kekinian, kalian bisa
membayar dengan menggunakan GO-PAY, Virtual
Account, Instant Pay, atau cicilan tanpa kartu kredit. O ya, kalian juga
bisa mendapat potongan harga dengan mengumpulkan TIX Point, lho!
Untuk tahu lebih jauh
tentang TIX Point, baca bagian selanjutnya, ya!
TIX Point adalah poin yang
kalian dapatkan ketika bertransaksi di Tiket.com. Nantinya, poin ini dapat
kalian tukar dengan berbagai pilihan menarik. Ada tiga, yakni diskon atau extra benefit di merchant yang bekerja
sama dengan Tiket.com, potongan harga langsung, serta memperoleh barang-barang
pilihan.
Salah satu contohnya
seperti ini. Saat kalian membeli tiket pesawat atau tiket hotel di Tiket.com,
maka poin yang didapat bisa langsung ditukarkan dengan sepotong pizza gratis di
Pizza Marzano atau wrapping bag cuma-cuma
dari Angkasa Pura. Perjalanan kalian dijamin tambah menyenangkan.
Nah, semakin banyak
berbelanja di Tiket.com, semakin banyak pula Tix Point yang akan kalian
dapatkan. Beragam diskon dan kemudahan akan lebih cepat kalian nikmati.
Makanya, tunggu apa lagi?
Kalau untuk promo, saya
jamin kalian pasti tertarik. Betapa tidak? Ketika harga tiket pesawat melambung
tinggi, Tiket.com malah memberi potongan harga besar-besaran. Asyik, kan?
Beberapa promo yang paling ciamik
adalah diskon hingga Rp200 ribu untuk penerbangan pilihan rute domestik. Untuk
kalian yang suka berlibur ke luar negeri, kalian juga bisa memanfaatkan diskon
hingga Rp1 juta di Tiket.com. Tinggal memasukkan kode promo saat membayar, maka
potongan harga bisa segera kalian manfaatkan.
Tidak hanya tiket pesawat
saja, tiket hotel juga tidak luput dari diskon. Melalui promo Tiket Hari Raya kalian bisa menikmati potongan hingga 15
persen ketika bermalam di Aryaduta Hotel Group. Bagi yang mudik ke Tasikmalaya
dan Garut, Tiket.com juga memberikan diskon hingga 20 persen pada hotel
pilihan.
Bagaimana? Asyik, kan?
Kadang kala, kenyataan meleset
dari rencana atau harapan semula. Sudah beli tiket ke Jakarta, eh, tiba-tiba ditugaskan
ke Jayapura, misalnya.
Nah, Tiket.com sangat
memahami bilamana hal-hal seperti itu terjadi. Untuk itulah, Tiket.com memberikan
kemudahan bagi kalian yang, mungkin saja, terpaksa harus melakukan reschedule atau refund tiket pesawat. Tiket.com menamainya dengan sebutan Smart Reschedule dan Smart Refund.
Untuk mendapat gambaran
utuh tentang tata cara reschedule dan
refund, silakan teliti infografis di
bawah ini.
Pejalan pintar adalah
pejalan yang mampu menikmati setiap detik momen perjalanan tanpa merasa
kesulitan. Dalam perjalanan, banyak hal-hal tak terduga bisa terjadi. Pada
momen seperti ini, ada baiknya kita mengintip kiat atau tips berwisata.
Nah, Tiket.com memiliki
blog yang berisi artikel seputar wisata. Di sini, kalian bisa dengan cepat belajar
menjadi pejalan pintar. Berbagai kiat berlibur disajikan secara cuma-cuma.
Bahasanya juga mudah dicerna, sehingga tidak membuat kalian sakit kepala.
Kuliner, tempat wisata, review hotel pilihan, ataupun sekadar tips baterai saat liburan bisa kalian
temukan di Tiket.com. Untuk hal-hal seperti ini, kalian tidak perlu lagi membuka
Mbah Google. Cukup buka aplikasi Tiket.com, semuanya tersaji di depan mata.
Pepatah bilang, malu
bertanya sesat di jalan. Bila ada hal-hal yang ingin kalian tanyakan,
konfirmasi, atau mungkin kalian seorang pengusaha yang ingin mendaftarkan
hotelnya di Tiket.com, langsung saja bertanya ke customer care.
Layanan pelanggan Tiket.com
tidak pernah libur dan selalu tersedia selama 24 jam penuh. Kapan pun kalian
butuh, tinggal kirim surel, chat via WA, atau telepon saja ke nomor yang
tertera di atas. Segala pertanyaan akan segera dijawab oleh Tiket.com. Coba
saja kalau tidak percaya!
Mudik sudah menjadi budaya
yang kental bagi bangsa kita. Ada rasa bangga ketika kembali ke kampung halaman
dengan menjadi pribadi yang lebih baik. Ada rasa senang tatkala bertemu dengan orangtua,
sanak keluarga, dan handai taulan. Sejauh-jauhnya manusia merantau, ia pasti
akan kembali ke tempat asal.
Itu yang saya rasakan selama
menjadi perantau di berbagai kota di Nusantara. Momen mudik memang menjadi
sangat spesial ketika yang jauh bisa kembali dekat. Bertemu dengan Ibu, meski
hanya setahun sekali atau dua kali, membuat energi kembali terisi.
Kini, ke mana pun saya
ditugaskan, saya tidak akan cema, gelisah, ataupun khawatir. Kerinduan mendalam
akan kampung halaman dapat segera tuntas dengan membeli tiket pesawat lewat Tiket.com.
Karena saya percaya, hanya di Tiket.com, semua ada tiketnya.
Kalau kalian bagaimana?
Sudah unduh aplikasi Tiket.com juga?
***
Artikel ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Curhat Mudik #TiketHariRaya yang diselenggarakan oleh Tiket.com. Vektor, gambar, dan grafik
diperoleh dari koleksi pribadi, Tiket.com, dan Envato Market. Seluruh gambar
yang ditampilkan pada artikel ini telah diolah terlebih dahulu oleh penulis
sebelum ditayangkan. Sedangkan video bersumber dari saluran YouTube milik Tiket.com.
Powerfull sekali mass..
ReplyDeleteTerima kasih sudah mampir, Mas. Salam hangat.
Deletemomen idul fitri adalah moment yang sangat ditunggu tunggu keluarga muslim Indonesia..
ReplyDelete