Peresmian Desa Digital di Losarang, Indramayu, Jawa Barat oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil. Foto: Humas Pemprov Jabar |
Apa yang terlintas di benak
Anda ketika membayangkan sosok petambak ikan? Biar saya tebak. Dekil, kotor,
atau kumuh? Kalau Anda berpikir seperti itu, wajar-wajar saja.
Hidup seorang petambak ikan
memang jauh dari kata mewah. Badan bau amis, pakaian berhias lumpur, dan tangan
diluka sisik. Itulah potret umum petambak ikan. Potret yang jauh dari dambaan generasi
milenial.
Yang jadi pertanyaan, benarkah
petambak ikan kita masih kampungan? Bisa
iya, bisa juga tidak. Jawabannya sangat bergantung dari definisi kata kampungan itu sendiri.
Iya, kalau kampungan ditujukan kepada orang yang mencari
nafkah di kampung atau desa. Tidak, apabila kampungan
dialamatkan kepada petambak ikan yang selalu bergantung pada teknologi jadul
atau konvensional. Itu anggapan yang keliru.
Kalau tidak percaya, sekali-kali
mampirlah ke Kabupaten Indramayu. Petambak ikan di sana sudah dipersenjatai
dengan teknologi digital. Hanya dengan sentuhan jari, mereka bisa mengatur jadwal
pemberian pakan lewat ponsel pintar.
Tidak perlu capai-capai datang
ke kolam, tidak perlu bersusah-payah menebar pakan. Asal punya kuota data dan
sinyal yang cukup, mereka bisa menata kapasitas pakan dari rumah. Canggih, kan?
Ketika
Visi Bertemu Teknologi
Ketika visi jempolan
bertemu teknologi andal, jadilah progam juara. Itulah kata yang tepat untuk
menggambarkan program Desa Digital milik Pemprov Jabar dalam setahun terakhir.
Desa Digital adalah program
pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan teknologi digital dan internet
dalam pengembangan potensi desa, pemasaran, percepatan akses, serta pelayanan
infromasi. Kampung perikanan digital Indramayu adalah salah satu contohnya.
Konsep Desa Digital untuk Mewujudkan Jabar Juara. Foto: Humas Pemprov Jabar. |
Diresmikan pada 10 Desember
2018 oleh Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, kampung perikanan digital Indramayu
adalah potret sukses penerapan teknologi digital di sektor konvensional. Juga
sebagai upaya mengurangi gap
teknologi di desa dalam menghadapi era revolusi industri 4.0.
Adalah teknologi NB-IoT (Narrowband Internet of Things (IoT) yang membuat hidup petambak ikan Indramayu
jadi lebih mudah. Kesan dekil, kotor, dan kumuh jadi tidak tampak lagi. Kini, mereka
semakin keren berkat bantuan aplikasi eFishery.
Aplikasi eFishery berfungsi
untuk menghubungkan ponsel milik petambak ikan dengan mesin automatic fish feeder. Cara kerjanya pun
terbilang mudah. Petambak ikan cukup memasukkan pakan ke dalam mesin automatic fish feeder yang dipasang di
pinggir kolam.
Kemudian, petambak tinggal mengatur
jadwal pemberian pakan lewat aplikasi. Nantinya, automatic fish feeder akan menebar pakan secara otomatis pada waktu
yang sudah ditentukan oleh petambak ikan.
Selain mengatur pola pemberian
pakan secara otomatis, aplikasi besutan Cybreed—perusahaan rintisan asal
Bandung—ini juga bisa mengoleksi data pemberian pakan. Alhasil, petambak bisa menghemat
biaya pakan hingga 25 persen.
Asal tahu saja, 60—80 persen
ongkos produksi budidaya ikan berasal dari pakan. Ketika pos ini bisa dikendalikan
secara cermat, maka keuntungan yang diraih petambak ikan pun semakin optimal.
Sudah begitu, teknologi
NB-IoT adalah salah satu jenis teknologi jaringan Low Power Wide Area (LPWA). Dengan kata lain, perangkat ini bisa
dipakai bertahun-tahun tanpa pengisian ulang baterai. Hemat biaya dan tidak mencemari
lingkungan.
Pemberian bantuan teknologi Smart Feeder kepada petambak ikan di Indramayu. Foto: Humas Pemprov Jabar. |
Dalam konteks pembangunan
desa, penggunaan teknologi digital seperti eFishery akan meningkatkan kapasitas
ekonomi warga. Sebab potensi budidaya ikan air tawar di Indramayu sangatlah
besar.
Data Dinas Perikanan dan
Kelautan Indramayu menyebut luas area tambak di Indramayu mencapai 22 ribu
hektar. Tersebar di berbagai lokasi seperti Losarang, Pasekan, Kandanghaur, dan
Sindang. Varietas ikannya pun sangat beragam. Mulai dari lele, gurami, udang, hingga
nila.
Pada 2018 saja, produksi
lele di Losarang mencapai 78.240 ton. Jumlah itu setara dengan Rp1,2 triliun,
atau hampir sepertiga APBD Kabupaten Indramayu. Dengan bantuan teknologi
digital, nilai produksi ditargetkan meningkat dua kali lipat menjadi Rp 2
triliun.
Target produksi itu bukan asal
hitung. Hingga saat ini, sudah ada 1.039 tambak yang sudah menggunakan
teknologi smart auto-feeder. Dengan
kata lain, hampir seluruh area tambak di Indramayu sudah berbasis aplikasi
eFishery.
Kini, milenial desa tidak
perlu jauh-jauh bekerja di kota. Sebab potensi desa amatlah besar. Pemerintah
akan hadir untuk membantu akses digitalisasi di desa. Ingat, penggunaan
teknologi digital tadi baru menyentuh sisi budidaya saja. Belum dari aspek yang
lain seperti pembiayaan, pengemasan, hingga pemasaran.
Oleh karena itu, bisa
dibayangkan apabila digitalisasi desa terus dikembangkan. Ekonomi tumbuh subur,
kapasitas sumber daya manusia semakin unggul, dan daya saing desa akan semakin
kuat. Itulah visi Jabar Juara yang ingin diwujudkan Pemprov Jabar dalam lima
tahun ke depan.
Menuju
Jabar Juara
Ketika semua pihak bekerja
sama, maka tidak ada yang mustahil. Kampung digital Indramayu terbentuk berkat kerja
sama yang apik antara Pemda Jabar, korporasi, pelaku usaha, dan warga
Indramayu.
Kerja sama itu pula yang menciptakan
tonggak sejarah di Jabar. Desa Digital Indramayu adalah yang pertama di Jabar.
Ke depan, Desa Digital akan dikembangkan di seluruh desa di Jabar, sesuai
dengan karakteristik dan potensi daerahnya masing-masing.
Desa Digital bukanlah satu-satunya
program untuk mewujudkan visi Jabar juara lahir batin dengan inovasi dan
kolaborasi. Dalam setahun terakhir, ada 22 program unggulan lain yang telah
diluncurkan Pemprov Jabar, seperti tertera dalam infografis di bawah ini.
Program unggulan untuk mewujudkan visi Jabar Juara. Infografis: Humas Pemprov Jabar. |
Dengan berbagai program
tersebut, warga Jabar, termasuk petambak ikan di Indramayu, semakin maju. Pengangguran
semakin terpapas, lapangan kerja semakin terbuka, dan kesejahteraan semakin
meningkat.
Itu terbukti dari data BPS Februari
2019 yang menyebut pengangguran di Jabar berkurang sebanyak 15,67 ribu orang. Oleh
karenanya, tingkat pengangguran terbuka (TPT) turun menjadi 7,73 persen saja.
Kini, warga Jabar bisa
tersenyum lega. Persis seperti petambak ikan di Indramayu. Sebab kepal asa
mereka bisa terwujud lewat bantuan teknologi digital. Teknologi yang membuat
mereka tidak lagi dekil, kotor, dan kumuh.
Kini mereka sudah jauh
lebih keren. Bahkan lebih keren dari saya—Si Pegawai Kantoran. [Adhi]
***
Artikel ini diikutsertakan
dalam lomba Karya Tulis Jurnalistik bertema “1 Tahun Jabar Juara” yang diselenggarakan oleh Pemprov Jabar.
2 komentar: