Ketika
raung sirene memecah kesunyian malam, Greg menyadari keberuntungannya sudah
hampir habis. Dari balik tirai jendela, Greg menyaksikan delapan mobil polisi
berkejar-kejaran melintasi tanjakan, meliuk-liuk di kelokan, kemudian berhenti
tepat di depan lobi rumahnya. Tak berapa lama, sesosok polisi berbadan gempal
dengan sepucuk laras panjang keluar dari balik kemudi seraya memberi komando
kepada satuannya untuk segera membentuk formasi siaga.
Kalian pasti mencari Flo, tebak Greg. Percuma
saja, dia sudah tak bernyawa.
Sebagai
orang yang telah banyak merasakan kemenangan, Greg selalu termotivasi oleh
pencapaian. Pengusaha muda terbaik Asia dan filantropi paling berpengaruh di
Indonesia adalah dua dari puluhan prestasi yang pernah diraihnya. Kekayaan Greg
setara dengan Hotman Paris Hutapea, pengacara tersohor se-Indonesia. Di Jakarta
saja, Greg punya dua belas properti dan lima belas bengkel mobil mewah.
Akan
tetapi, semua kegemilangan tersebut tidak pernah membuat Greg merasa benar-benar
puas. Sebab masih ada satu trofi yang hingga kini tidak kunjung—atau lebih
tepatnya tidak akan pernah—menghiasi etalasenya: Flo.
Flo
memang berbeda dengan puluhan wanita yang pernah singgah-satu-malam di ranjang empuk
milik Greg. Sekretaris bank berwajah manis yang dikenal Greg lewat Instagram itu
sama sekali tidak gila harta. Kendatipun Greg punya segalanya, Flo tetap tidak
suka. Walaupun Greg berulang kali mengiming-iminginya dengan harta, Flo tetap
bergeming.
Bagi
Flo, cinta tidak bisa dipaksa dan harta bukanlah segala-galanya. Sebab gaji Flo
sudah cukup untuk mencicil apartemen di pusat kota dan membeli BMW Seri 3 bekas.
Lagi pula, Flo juga sudah bertekad untuk hidup seorang diri hingga maut
menjemputnya kelak. Memiliki pasangan tidak pernah sekali pun terlintas dalam
benaknya.
Satu
waktu, Greg pernah memberi Flo kejutan. Greg menyewa papan reklame digital yang
terletak di seberang kantor Flo selama sebulan penuh. Setiap hari, papan reklame
tersebut menampilkan video animasi pernyataan cinta Greg kepada Flo. Setiap
hari pula, Greg mengirim bunga dan boneka beruang ke meja kerja Flo. Tepat pada
hari ketiga puluh, kunci Ferrari 488 berpita merah jambu ia antarkan langsung
ke hadapan Flo. Singkat kata, Greg menembak Flo dengan cara takbiasa.
Sayangnya,
Flo menanggapi dengan cara yang juga tidak biasa. Flo tetap teguh pada pendiriannya.
Keputusannya untuk tidak mencintai lelaki mana pun sudah bulat. Kariernya jauh lebih
penting ketimbang menjadi tuan putri di istana pengusaha kaya raya macam Greg.
Flo menolak Greg, termasuk embel-embel harta yang mengiringinya.
Penolakan
demi penolakan yang dilancarkan Flo lama-lama membuat Greg menjadi gila. Baru
kali ini, Greg kesulitan mendapatkan apa yang diinginkannya. Baru kali ini pula,
Greg kepayahan memperoleh apa yang diangankannya. Greg putus asa dan setan menguasai
pikirannya.
Kalau aku tidak bisa mendapatkan
cintanya Flo, maka tidak boleh ada seorang pun yang bisa, pikir Greg.
Jauh
sebelum polisi menyambangi rumahnya malam ini, tepat lima bulan lalu, sekira pukul sebelas malam, Greg mengemudikan Hummer-nya kencang-kencang. Tangan
kanannya memegang setir, tangan kirinya menggenggam sebotol Jack Daniel’s. Di
bawah pengaruh alkohol, Greg membulatkan tekad: menabrak Flo yang sedang
berkendara pulang hingga tewas.
Sayangnya,
Greg sukses besar.
Setelah
peristiwa pembunuhan itu terjadi, Greg paham, ia tidak bisa selamanya
bersembunyi. Pagi tadi, Greg mendapat kabar bahwa polisi telah menemukan
bangkai mobil Flo yang disembunyikannya di salah satu bengkelnya di bilangan
Kemang. Greg sudah punya firasat, polisi akan menyusulnya ke Tomohon malam ini
juga. Firasat yang kini sudah terbukti benar dan harus ia hadapi seorang diri.
Seorang diri? Tentu saja tidak!
Greg
segera mengambil ponselnya dan mencari nama Hotman Paris Hutapea di antara
daftar kontak. Greg paham, ia sangat membutuhkan jasa Pengacara 30 Miliar itu
untuk memenangi perang di meja hijau dalam beberapa bulan ke depan. [Adhi]
***
Sebelum
saya menggenapi tantangan Mas Khrisna, ada dua catatan yang perlu saya
utarakan. Pertama, kata “dan” pada judul seharusnya diawali dengan huruf nonkapital.
Saya tahu itu. Akan tetapi, saya tidak tahu cara mengaturnya di blog. Sistem
penamaan judul di blog saya secara otomatis mengubah huruf pertama dari setiap
kata menjadi kapital. Jadi, mohon dimaklumi.
Kedua,
terkait nama tokoh, saya kurang nyaman dengan F dan G. Tidak enak dibaca. Maka
dari itu, F saya ganti dengan Flo. Sedangkan G saya ubah menjadi Greg. Itu
saja.
Sekarang,
izinkan saya mengurai kalimat aktif dan pasif yang saya gunakan pada artikel di
atas.
Pertama,
kalimat aktif. Sesuai maknanya, kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya
melakukan suatu pekerjaan. Yang paling mudah, Mas Khrisna bisa mendapatinya
pada kalimat berikut.
Singkat kata, Greg menembak Flo dengan cara takbiasa.
Pada
kalimat di atas, Greg berperan sebagai subjek. Sebaliknya, Flo berperan sebagai
objek. Greg melakukan pekerjaan berupa “menembak”. Sedangkan Flo, berperan sebagai
objek, “ditembak” oleh Greg.
Kedua,
kalimat pasif. Kebalikan dari kalimat aktif, subjek pada kalimat dikenai
pekerjaan. Contohnya seperti potongan kalimat berikut.
…Greg selalu termotivasi oleh pencapaian.
Pada
kalimat di atas, Greg berperan sebagai subjek yang dikenai pekerjaan bernama “termotivasi”.
Kalau mau diubah menjadi kalimat aktif, maka kalimatnya menjadi sebagai
berikut.
Pencapaian selalu memotivasi Greg.
Tuntas
dengan kalimat aktif dan pasif, sekarang kita beralih kepada kata penghubung
antarkalimat dan intrakalimat.
Kalau aku tidak bisa mendapatkan cintanya Flo, maka tidak boleh ada seorang pun yang bisa, pikir Greg.
Pada
kalimat di atas, kata “maka” berfungsi sebagai kata penghubung intrakalimat.
Akan tetapi, semua kegemilangan tersebut tidak pernah membuat Greg merasa benar-benar puas.
Sedangkan
frasa “akan tetapi” pada kalimat di atas berperan sebagai kata penghubung
antarkalimat.
Terakhir,
kalimat majemuk setara ditunjukkan pada kalimat berikut.
Greg putus asa dan setan menguasai pikirannya.
Kalimat
di atas sejatinya terdiri dari dua kalimat yang setara. Greg putus asa. Setan
menguasai pikirannya. Lantaran digabung, maka kalimat tersebut menjadi
kalimat majemuk setara.
Berhubung
15 menit lagi sudah tenggat, saya cukupkan saja. Khawatir mendapat pengurangan
skor. Saya tunggu ulasan pedasnya ya, Mas!
Keren jalinan ceritanya
ReplyDeleteTerima kasih, Mba. Salam hangat.
Delete