Telaga Cinta di Mata Nabi
Di padang derita, lelaki itu membaringkan cinta
Kau kenal lelaki itu, kita tahu lelaki itu
Yang Tepercaya, begitu mereka menyapa sosoknya
Hanya karena beda prasangka lantas kau tega bentangkan batu di udara?
Menghujam, menukik, menghempas raga
Bukankah dia anakmu jua?
Anak yang kaususui dari rahim bangsamu
Tidakkah kau ingat cahaya putih yang ditebarnya kala itu?
Saat kau berteriak lapar, keberadaannya mengundang kasih Tuhan
Menghadirkan limpahan susu dari hamparan ternak sekarat
Bermandi cahaya matahari, dia bernaung di bawah teduh pohon
Daun-daun menangis, menatap peluh-luka yang melekati tubuhnya
Dia berhenti, bersandar, mengatur ulang napasnya
Tiba-tiba gelegar guntur membelah langit
Jibril turun ke bumi, membawa gunung di genggam jemari
“Biar kubalas mereka, wahai Kekasih Allah!”
Lelaki itu menggeleng, menolak dendam
Berhias darah di wajah, serumpun senyum tumbuh merekah
Senyum cinta kepada mereka yang tega menyakiti
Senyum laksana embun pagi, menandai kebersihan hati
Lelaki itu mengadahkan tangan, memohon ampunan
Meminta hidayah kepada Sang Pemberi Berkah
“Sungguh, mereka tidak tahu,” katamu
Di balik sujud, aku menangis mengingat teladanmu
Seraya menahan rindu, akankah kita berjumpa di telaga itu?
Makna Puisi:
Ketika Nabi Muhammad berdakwah ke Thaif, Beliau dilempari batu oleh penduduknya. Padahal, Thaif adalah tempat Nabi disusui saat kecil dulu.
Lelaki itu menggeleng, menolak dendam
Berhias darah di wajah, serumpun senyum tumbuh merekah
Senyum cinta kepada mereka yang tega menyakiti
Senyum laksana embun pagi, menandai kebersihan hati
Lelaki itu mengadahkan tangan, memohon ampunan
Meminta hidayah kepada Sang Pemberi Berkah
“Sungguh, mereka tidak tahu,” katamu
Di balik sujud, aku menangis mengingat teladanmu
Seraya menahan rindu, akankah kita berjumpa di telaga itu?
***
Makna Puisi:
Ketika Nabi Muhammad berdakwah ke Thaif, Beliau dilempari batu oleh penduduknya. Padahal, Thaif adalah tempat Nabi disusui saat kecil dulu.
Melihat Sang Kekasih Allah dilukai, Jibril AS tidak tinggal diam. Pemimpin para malaikat itu menawarkan tenaganya kepada Nabi untuk membalas kezaliman penduduk Thaif. Tetapi Sang Teladan malah menolak, seraya berdoa:
“Ya Allah, berikanlah petunjuk kepada kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”
Itulah bukti cinta Nabi kepada umatnya. Sudahkah kita berselawat kepadanya?
Keren sekali. Sangat menginspirasi. Bahwa sejatinya kejahatan tidak harus dibalas dengan kejahatan. Api perlu dipadamkan dengan air, bukan dengan minyak tanah yang akan membuat api lebih besar hingga membahayakan diri sendiri.
ReplyDeleteHatur nuhun, Om Hen, sudah mampir.
Delete